/>
 
Para sarjana Barat seperti Hans Overbeck, W.A. Braasem, R.J. Wilkinson, Franc?ois-Rene? Daillie, A.W. Hamilton, R.J. Chadwick, dan lain-lain telah memaparkan bermacam-macam teori tentang pantun. Yang lain mencoba mencari jawaban kenapa orang Melayu dapat menciptakan pantun sambilbasipiciang. Hanya saja mereka tak sadar bahwa pantun sudah mengalir dalam darah seorang Melayu atau Minangkabau sejak dia menetek di susu ibunya. Ninabobok dalam bentuk pantun mengaliri ke dalam darahnya melalu air susu ibu yang dihisap si bayi, menancap di otaknya sampai tua. Itulah sebabnya jika dia jatuh cinta, rindu kepada ibu, atau bersedih, pantun menjadi media penyampaikan. Nikmatilah sajian ke-13 Khazanah Pantun Minang ini.

101. Camin di rumah Malin Sutan,
Urang di pakan bajua-bali,
Ingin di buah manggih hutan,
Masak ranum tagantuang tinggi.

102. Balayia biduak ‘rang Kajai,
Kanai cadiak biduk ‘rang Sumpu,
Di Adiak sayang tagadai,
Bak inai di ujuang kuku.

103. Kayu gadang tabalintang,
Tatarah bagaragaji balun,
Anak si Anu nan marintang,
Tampak alah ka mari balun.

104. Kain sisampiang nan bagaruih,
Talatak di kincia juo,
Anak si Anu nan rancak aluih,
Duduak di pintu nan manggilo.

105. Rami balainyo Pakan Satu,
Pariknyo dalam bakuliliang,
Dahulu Adiak sipaik satu,
Kini bak cando urang asiang.

106. Rumpuik banamo rumpuik rantai,
Sakah ditimpo daun kundua,
Kalau mukasuik tidak sampai,
Manangih tulang dalam kubua.

107. Anyuik parian batali rumin,
Panuah barisi galo-galo,
Tuan sapantun kilek camin,
Di baliak gunuang tampak juo.

108. Tinggi maligai Rajo Batak,
Puti bagerai di halaman,
Pacik pitaruah banyak-banyak,
Sungguah bacarai lupo jangan.

Cinta beda status sosial, terlalu susah dijangkau, padahal pengen sekali. Itulah pesan pada bait 101. Makanya kalau jatuh cinta dikira-kira dulu, selevel nggak? Cinta yang tergadai memang cocok diibaratkan bagai inai di ujung kuku: setiap saat potensial akan (di)jatuh(kan), dibuang (102). Artinya: harus pandai-pandai menjaganya, bak mananai minyak panuah kata orang Minang. Makanya kalau jatuh cinta jangan karena utang budi, repot nanti jadinya.

Kalau lagi naksir memang susah: teringat terus, kelihatan dari jauh, tapi belum punya kesempatan untuk berdekatan, belum bisa disuruh datang jika kangen terasa (103). Kadang-kadang sengaja lewat di depan rumah si cantik halus itu, pura-pura menjadi penggalas ayam, atau pura-pura mencari kerbau yang lepas, padahal maksudnya biar bisa melihat si gadis pujaan. Dan jika kelihatan dia sedang berjuntai di pintu, hati jadi gembira, tapi mulut sering jadi kelu (104). Bait 105 menggambarkan hati yang berpaling, sudah masuk minyak tanah orang ketiga, sudah buang muka dia apabila ketemu di jalan. Padahal kalau tak jadi kawin dengan si dia, bisa-bisa jadi patah hati, yang bisa mempercepat kematian (106).

Orang besar memang bisa kelihatan dari mana-mana. Itu sudah hukum pergaulan hidup manusia di dunia ini: yang kaya, berpangkat, berkuasa, dikenal oleh banyak orang, tercelak tampak jauh. Itulah antara lain makna bait 107. Tapi bisa juga maknya terkait dengan kehidupan muda-mudi: si gadis terus teringat kepada si pemuda, walaupun dia berada jauh dari dirinya (dikiaskan di balik gunung). Pokoknya, siang jadi angan-angan, malam jadi buah mimpi. Makin jauh si pemuda pergi, makin jelas bayangan wajah tampannya dalam pikiran si gadis. Itulah siksaan yang nikmat.

Akhirnya, pesan bait terakhir (108) jelas perlu diamalkan oleh siapa saja yang sudah berjanji sehidup-semati. Jangan hanya karena berjarak lalu Anda cepat berpaling, cepat lupa kepada janji setia. Sumpah setia itu harus tetap di pegang, dipacik arek diganggam taguah. Sebaliknya si gadis juga harus yakin: bahwa ayam tetap akan pulang ke pautan.

(bersambung )

Suryadi [Leiden University, Belanda]
Padang Ekspres, Minggu, 30 Januari 2011






Leave a Reply.

    Picture
    KEMBALI KE BERANDA
    English French German Spain

    Italian Dutch Russian Brazil

    Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
    Google Translate by Haris Fadhillah

    Khasanah Pantun Minangkabau

    Archives

    January 2013
    December 2012