/>
 

    Sirih berlipat sirih pinang
    Sirih dari pulau Mutiara
    Pemanis kata selamat datang
    Awal Bismillah pembuka bicara

    Tuailah padi antara masak 
    Esok jangan layu-layuan
    Intailah kami antara nampak
    Esok jangan rindu-rinduan

    Hendak dulang diberi dulang
    Dulang berisi sagu mentah
    Hendak pulang ku beri pulang
    Tinggalkan pantun barang sepatah

    Lancang kuning lancang pusaka 
    Nampak dari Tanjung Tuan
    Kalau kering laut Melaka
    Barulah saya lupakan puan

    Asam kandis mari diiris
    Manis sekali rasa isinya
    Dilihat manis dipandang manis
    Lebih manis hati budinya

    Kalau ku tahu paria pahit
    Tidak ku gulai dalam belanga
    Kalau ku tahu bercinta sakit
    Tidak ku mulai dari semula

    Akar bambu bersesap-sesap
    Anaklah kucing dalam perahu
    Terbakar rumah menjadi asap
    Terbakar hati orang tak tahu

    Ayam hutan terbang ke hutan
    Tali tersangkut pagar berduri
    Adik bukan saudara bukan
    Hati tersangkut karena budi

    Ayam rintik dipinggir hutan
    Nampak dari tepi telaga
    Nama yang baik jadi ingatan
    Seribu tahun terkenang juga

    Bila memandang ke muka laut 
    Nampak sampan mudik ke hulu
    Bila terkenang mulut menyebut
    Budi yang baik ingat selalu

    Burung Serindit terbang melayang 
    Mari hinggap di ranting mati 
    Bukan ringgit dipandang orang
    Budi bahasa rangkaian hati

    Bukan lebah sebarang lebah 
    Lebah bersarang di pohon kayu
    Bukan sembah sembarang sembah
    Sembah adat pusaka Melayu

    Bukan lebah sebarang lebah 
    Lebah bersarang di rumpun buluh
    Bukan sembah sembarang sembah
    Sembah menyusun jari sepuluh

    Rumah limas anjung Selatan 
    Bunga kemuning tumbuh di halaman 
    Tangkainya emas bunganya intan
    Bolehkah ranting hamba patahkan

    Tumbuh betik di tepi halaman
    Pokok berangan pokok teruntum
    Sungguh cantik bunga di taman
    Bolehkah gerangan petik sekuntum

    Asap api embun berderai 
    Patah galah haluan perahu
    Niat hati tak mau bercerai
    Kehendak Allah siapa yang tahu

    Air dalam bertambah dalam 
    Hujan di hulu belumlah teduh
    Hati dendam bertambah dendam
    Dendam dahulu belumlah sembuh

    Halia ini tanam-tanaman 
    Ke barat juga akan condongnya
    Dunia ini pinjam-pinjaman
    Akhirat juga akan sungguhnya

    Hari panas mencucuk benang
    Benang menjahit baju kebaya
    Air jernih lubuknya tenang
    Jangan disangka tiada buaya

    Anak punai anak merbah
    Hinggap ditonggak mencari sarang
    Anak sungai lagikan berubah
    Inikan pula hati orang

    Apa guna pasang pelita
    Jika tidak dengan sumbunya
    Apa guna bermain kata
    Kalau tidak dengan sungguhnya

    Buah kuini jatuh tercampak 
    Jatuh menimpa bunga selasih
    Biar bertahun dilambung ombak
    Tidak ku lupa pada yang kasih

    Apa guna berkain batik
    Kalaulah tidak dengan kainnya
    Apalah guna beristri cantik
    Kalaulah tidak jujur hatinya

    Buah jambu disangka kandis 
    Kandis ada di dalam cawan
    Gula madu disangka manis
    manis lagi senyuman puan

    Dari Arab turun ke Aceh
    Naik ke Jawa berkebun serai
    Apa diharap pada yang kasih
    Badan dan nyawa lagi bercerai

    Bunga Melati terapung-apung 
    Bunga rampai di dalam puan 
    Rindu hati tidak tertanggung
    Bilakah dapat berjumpa puan

    Burung Merak terbang ke laut 
    Sampai ke laut mengangkut sarang
    Sedangkan bah kapal tak hanyut 
    Inikan pula kemarau panjang

    Dari Jawa ke Bengkahulu
    Membeli keris di Inderagiri
    Kawan ketawa ramai selalu
    Kawan menangis seorang diri

    Dari teluk pergi pangkalan
    Bermain di bawah pohon kepayang
    Saya umpama habuk di papan 
    Ditiup angin terbang melayang

    Orang Melayu naik perahu 
    Sedang berdayung hujan gerimis
    Hancur hatiku adek tak tahu
    Mulut tertawa hati menangis

    Orang tani mengambil nipah
    Hendak dibawa ke Indragiri
    Seluruh alam ku cari sudah
    Belum bersua pilihan hati

    Ribu-ribu pokok mengkudu
    Cincin permata jatuh ke ruang
    Kalau rindu sebut namaku 
    Airmata jangan dibuang

    Kalau roboh kota Belawan
    Sayang selasih di dalam tuan
    Kalau sungguh ingin diucapkan
    Rasa nak mati dipangkuan puan

    Limau purut lebat di pangkal 
    Batang mengkudu condong uratnya
    Hujan ribut dapat ditangkal
    Hati yang rindu apa obatnya

    Kalau menyanyi perlahan-lahan
    Dibawa angin terdengar jauh 
    Rindu di hati tidak tertahan
    Di dalam air badan berpeluh

    Ku sangka nanas atas permatang 
    Rupanya durian tajam berduri
    Ku sangka panas hingga ke petang 
    Rupanya hujan ditengah hari

    Kayuh perahu sampai seberang
    Singgah bermalam di kampung hulu
    Bukan tak tahu dunia sekarang
    Gaharu dibakar kemenyan berbau

    Anak ikan dipanggang saja 
    Hendak dipindang tiada berkunyit
    Anak orang dipandang saja
    hendak dipinang tiada berduit

    Saya tak hendak berlesung pauh 
    Lesung pauh membuang padi 
    Saya tak hendak bersahabat jauh 
    Sahabat jauh merisau hati

    Limau purut di luar pagar 
    Rimbun putik dengan bunganya
    Hujan ribut padang terbakar
    Embun setitik padam apinya

    Puas saya bertanam ubi
    Nanas juga dipandang orang 
    Puas saya menabur budi
    Emas juga dipandang orang

    Tenang-tenang air di laut 
    Sampan golek mudik ke tanjung
    Hati terkenang mulut menyebut
    Rindu kini tiada penghujung

    Bunga Tanjung kembang semalam 
    Pohon tinggi tidak berduri
    Gelombang besar di laut dalam
    Karena Puan saya kemari

    Dari mana hendak ke mana 
    Tinggi rumput dari padi
    Hari mana bulan mana
    Dapat kita berjumpa lagi

    Padi ini semumba-mumba 
    Daun kurma daun cempedak
    Macam mana hati tak hiba
    Entah bertemu entah tidak

    Akar keladi melilit selasih 
    Selasih tumbuh di hujung taman
    Kalungan budi junjungan kasih
    Mesra kenangan sepanjang zaman 

    Ayam rintik dipinggir hutan
    Nampak dari tepi telaga
    Nama yang baik jadi ingatan
    Seribu tahun terkenang juga

    Anak beruk ditepi pantai
    Pandai melompat pandai berlari
    Biar buruk kain dipakai
    Asal hidup pandai berbudi 

    Kiri jalan kanan pun jalan
    Tengah-tengah pohon mengkudu
    Kirim jangan, pesan pun jangan
    Sama-sama menanggung rindu

    Mendung si mega mendung 
    Mendung datang dari utara
    Jangan selalu duduk termenung
    Kalau termenung badan merana

    Pohon mengkudu tumbuhnya rapat 
    Rapat lagi pohon jati
    Kawan beribu mudah didapat
    Sahabat setia payah dicari

    Dua paya satu perigi 
    Seekor bujuk anak haruan
    Puan disana, saya disini
    Bagai pungguk rindukan bulan 

    Gesek rebab petik kecapi
    Burung tempua membuat sarang
    Apa sebab jadi begini
    Karam berdua basah seorang

    Hendak gugur, gugurlah nangka
    Jangan menimpa putiknya pauh
    Hendak tidur, tidurlah mata
    Jangan mengenang si dia yang jauh 

    Kain batik negeri seberang
    Dipakai anak Tanah Melayu
    Apa artinya kasih dan sayang
    Kalaulah adek berjanji palsu

    Pantai kalangan pasirnya putih
    Anak dagang berulang mandi
    Apa disesal orang tak kasih
    Sudah suratan diri sendiri 

    Disana pauh di sini pun pauh
    Daun mengkudu ditandungkan
    Adinda jauh kakanda jauh 
    Kalau rindu sama tanggungkan

    Pulau Tinggi terendak Cina
    Nampak dari Pulau Sibu
    Adek pergi janganlah lama
    Tidak kuasa menanggung rindu 

    Putik pauh delima batu
    Anak sembilang di tapak tangan
    Puan jauh di negri satu
    Hilang di mata, di hati jangan

    Bila ada sumur di ladang
    Bolehlah saya menumpang mandi
    Bila ada umur panjang
    Pantun ini disambung lagi :D

    =====

    http://putrasumatra.mw.lt/pantun_melayu.htm



Leave a Reply.